Hallo. Kali ini saya akan menulis mengenai Soroh 40 (Petang
Dasa), Ekspedisi Kerajaan Karangasem. So happy read guyss. Desa Seraya
Karangasem Bali tidak dapat dipisahkan dari sejarah pulau Bali, karena Desa
Seraya sudah ada sebelum tahun 1343 masehi yaitu Pemerintahan Sri Jaya Pangus (sesuai peninggalan prasati Selonding). Pada zaman kerajaan Bedahulu pada masa
pemerintahan Sri Astha Sura Ratna Bumi Banten yang didampingi oleh para Menteri
dan para Patih sebanyak tujuh orang sebagai benteng
pulau Bali. Pimpinan penyerbuan ke
Tanah Bali, di pimpin langsung oleh Gajah Mada dan Kebo Taruna ( Arya Kanuruhan
) beserta Arya Arya lainnya sehingga Bali di kepung dan di gempur dari berbagai
jurusan yakni dari jurusan Timur di bawah pimpinan Gajah Mada. Sedangkan
Panglima Bali pada saat itu muncullah: Menghadapi serangan Timur, dipimpin oleh
Ki Tunjung Tutur dan Ki Kopang. Ki
Kopang bertugas memerintah Desa Pakraman Seraya sebagai benteng saat ada
serangan dari musuh yang masuk dari pinggiran Bali Timur. Akibat ekspedisi
Patih Gajah Mada dari Majapahit, maka Ki Kopang dan para Patih dari Tenganan
serta teman seperjuangannya kalah menghadapi serangan Patih Gajah Mada,
sehingga pulau Bali dapat ditaklukan. Di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit di Bali terdapat
kerajaan-kerajaan kecil yang menjadi bawahan Kerajaan Gelgel. Pada abad ke-16
sampai abad ke-17, Karangasem berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gelgel, yang
Rajanya yang bernama I Dewa Karang Amla berkedudukan di Selegumi ( Bale Punduk
), kemudian pindah ke Batu Aya, sampai akhirnya terjadi penyerahan kekuasaan I
Dwa Karang Amla kepada dinasti Batan Jeruk menjadi Raja pertama yang merdeka,
dan raja-raja seterusnya. Masyarakat Desa
Seraya menjadi angkatan bersenjata di Kerajaan Karangasem terutama disaat
terjadi Expedisi ke Bumi Lombok. Pada saat penyerangan oleh Laskar Karangasem
ke Lombok, ikut serta bergabung pada rombongan tersebut perahu-perahu yang lain
yang penuh dengan laskar-laskar bersenjata lengkap berasal dari Seraya dipimpin
oleh Bendesa Seraya, dengan bersenjatakan tombak dan tameng. Sejarahnya, empat puluh orang pendekar dari Seraya, desa
di tepian pantai Karangasem, diajak berperang menaklukan Kerajaan Lombok Barat
oleh Raja Karangasem. Keempat puluh orang ini kemudian disebut Soroh Petang
Dasa. Pasukan Soroh Petang Dasa ini konon sangat menguasai ilmu perang, sakti
dan Teguh Kembulan atau kebal.
Selamat Datang di Blog Pribadi saya. Ayo membaca karena blog ini memberikan beragam Informasi dan Ilmu Pengetahuan. Enjoy it. Terimakasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kajian Masalah Perpustakaan : Gedung Perpustakaan
LATAR BELAKANG Perpustakaan Umum atau dalam bahasa inggris adalah public library merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh...
-
Hallo. Kali ini saya akan menulis mengenai Soroh 40 (Petang Dasa), Ekspedisi Kerajaan Karangasem. So happy read guy...
-
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan mendasar dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh masyarak...
-
Sejarah Desa Seraya ini saya tulis karena banyak penduduk Desa Seraya yang melupakan sejarah Leluhur maupun Desanya sendiri. Tidak ada...
wow menarik,terimakasih aku jadi lebih tau sejarah ttg tempat tinggalku
BalasHapusTulisan yang menarik, tidak membosankan.
BalasHapusIni diambil dari tulisan saya...seharusnya photo dan tulisan dicantumkan dari sumber. Bukan diambil dan disadur copy paste.
BalasHapusDee Gorra,sy boleh minta copy bukunya tulisan ttg Soroh Patangdasa tsb utk sy pke sbg data dukung dalam menjelaskan karya tari sy yg bersumber dari cerita soroh patangdasa berjudul Balapathi. Sementara sumber yg sy gunakan adl wawancara dg para tetua di karangasem mengenai soroh patangdasa di seraya.
BalasHapusSoroh 40 asli bali atao gimana ?
BalasHapusAsli Karangasem Bali
HapusSaya penduduk asli seraya kurang elok rasanya kalao adik ini menyebut orang seraya banyak yang lupa akan sejarah desanya sendiri
BalasHapus