Minggu, 26 November 2017

Sejarah Desa Seraya, Karangasem, Bali



Sejarah Desa Seraya ini saya tulis karena banyak penduduk Desa Seraya yang melupakan sejarah Leluhur maupun Desanya sendiri. Tidak ada maksud saya untuk mengungkit atau membangkitkan pandangan tentang perbedaan Kasta maupun soroh.
          Desa Pakraman Seraya adaalah salah satu desa tua yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Pulau Bali.  Peradaban masyarakat Desa Seraya bisa dilihat dari beberapa catatan dan beberapa peninggalan seperti misalnya alat musik Selonding. Yang mana alat musik Selonding ini mulai dikenal pada zaman kerajaan Kediri di Jawa Timur sekitar abad ke-10. Gamelan ini banyak tercatat dalam prasasti Raja-raja Bali kuno dimulai dari pemerintahan Maharaja Sri Jaya Sakti sampai dengan awal pemerintahan Majapahit di Bali. Mengenai kapan mulai diperkenalkannya alat musik selonding ini di Desa Seraya ada duaa kemungkinan, yaitu antara sebelum dan sesudah Majapahit berkuasa di Bali. Karena sebelum dan sesudah Majapahit berkuasa di Bali kepemimpinan di Bali maupun di Desa Seraya masih dipegang oleh Raja yg masih merupakan keturunan Kediri / Singasari.
Salah satu bukti lain peradaban seraya yaitu keris Budha dan Prasasti yang berbahasa Kawi. Pada umumnya keris yang ada di Desa Seraya yang diwariskan dari generasi ke generasi adalah keris lurus alias tanpa luk atau lekukan. Para sejarawan umumnya bersepakat, keris dari periode pra-Singasari dikenal sebagai “Keris Budha”, yang berbentuk pendek dan tidak berlekuk. Sedangkan bahasa kawi adalah bahasa yg pernah digunakan di wilayah asia tenggara sekitar abad ke-8 hingga 16 Masehi, aksara ini terutama digunakan di wilayah Jawa dan Bali.
           Asal-Usul kata “Seraya”. Seraya adalah suatu wilayah atau tempat terbitnya sang Matahari. Ada yg berasumsi bahwa istilah atau kata “Seraya” bersal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Craya yang berarti teman, disebut teman karena Kerajaan Karangasem mencari teman atau bantuan ke Desa Pakraman Seraya untuk bertempur melawan Kerajaan Lombok. Namun istilah “Seraya” sudah ada sebelum kerajaan karangasem terbentuk. Kerajaan Karangasem baru ada sekitar tahun 1556 M yg merupakan dinasti Batan Jeruk. Sedangkan istilah Seraya sudah dikenal sejak masa kepemimpinan Trah Arya Kanuruhan. Expansi Gajah Mada dan Arya Kanuruhan beserta Arya-Arya yg lain ke Bali di mulai dari tahun 1343 M. Dan Majapahit (Sri Aji Kresna Kepakisan) mulai memerintah pada tahun 1352 termasuk juga Trah Arya Kanuruhan di Desa Seraya. Seraya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Surya yg berarti Matahari. Ya benar saja kalau dilihat dari pulau bali, matahari terbit tepat di desa seraya karena desa seraya tepat berada di ujung timur pulau bali. Sehingga seraya dikatakan sebagai Kepalanya pulau bali. Maka tak heran jika ada juga yg mengatakan kata Seraya berasal dari kata sirah dan iya, kata sirah berarti kepala dan iya berarti dia, jadi Desa Seraya dikatakan sebagai kepala dari pulau Bali karena terletak paling timur dari pulau Bali. Menurut kepercayaan umat Hindu arah atau tempat sebelah timur merupakan tempat yg Suci, karena itu desa seraya merupakan wilayah yg penting bagi Raja-raja yg pernah memerintah di bali. 
Sebelum lebih jauh tentang Desa Seraya, mari kita flash back dulu. Bacanya tidak udah tegang yaa, sambil minum teh hangat atau kopi ditambah jagung nyanyah (Jagung Goreng Asli Seraya) pasti tambah mantap. hehehe Walaupun Singasari sudah jatuh ditangan kekuasaan Majapahit namun Bali tidak mau tunduk terhadap majapahit sehingga memicu pecahnya perang antara kerajaan Bali denganMajapahit. Tahun 1343 M adalah tahun invasi Gajah Mada ke tanah Bali, pada waktu itu Bali dipimin oleh seorang raja yg bergelar Sri Astasura Ratna Bumi Banten ( Raja Bedahulu ) yg berada dibawah kekuasaan kerajaan Singasari di Kediri. Pimpinan penyerbuan ke tanah Bali, di pirnpin langsung oleh Gajah Mada dan Kebo Taruna ( Arya Kanuruhan ) beserta Arya-Arya lainnya sehingga Bali di kepung dan di gempur dari empat jurusan yakni Dari jurusan Timur di bawah pimpinan Gajah Mada.
  • Dari jurusan Utara di bawah pimpinan Arya Damar, Arya Sentong dan Arya Kuta waringin
  • Dari jurusan Barat di pimpin oleh tentara Sunda
  • Dari jurusan Selatan di pimpin oleh Arya Kenceng, Arya Belog, Pengalasan, Arya kanuruhan, dan Arya Belotong.
Sedangkan Panglima Bali pada saat ini muncullah:
  • Menghadapi serangan Timur, dipimpim oleh Ki Tunjung Tutur dan Ki Kopang
  • Menghadapi serangan dari Utara Ki Girilemana dan Ki Bwangkang.Menghadapi serangan dari Selatan, di pimpin oleh Ki Gudug Basur, Dhemun Anggeh, dan Ki Tambyak,
  • Menghadapi serangan umum, Ki Pasung Grigis dan Pangeran Madatama
Pada saat Gajah Mada meninggalkan Bali, maka untuk keamanan pulau Bali, maka Gajah Mada menempatkan tentaranya di pulau Bali sebagai berikut :
  • Arya Kuta Waringin di Gelgel
  • Arya Kenceng di Tabanan.
  • Arya BArya Dalancang diKapal
  • Arya Belotong di Pacung.
  • Arya Sentong di Carang sari
  • Arya Kanuruhan di Tangkas.
  • Kryan Punta di Mambal.
  • Kryan Jerudeh di Temukti.
  • Kryan Tumenggung di Patemon
  • Arya Demung Wang Bang di Kertalangu. ( keturunan Kediri ). 
  • Arya Wang Bang ( Keturunan Mataram ) di pusat Bedahulu.
  • Arya Melel Cengkrong ( Jaran bhana ) di Jembrana.
  • Arya Pemacekang di Bondalem.
           Pada akhirnya Majapahit menang. Setelah wafatnya Raja Bali dan Ki Pasung Grigis, terjadilah kekosongan kekuasaan di Bali. Sering terjadi pemberontakan oleh orang-orang Bali Aga/ Bali Mula/ Prebali. Walaupun sebagian besar tentara Gajah Mada di tempatkan di pulau ini untuk mengawasi keamanan, tetapi ternyata pasukan ini tidak mempu menjamin ketertiban sepenuhnya karena tentara Majapahit kurang bijaksana dan selalu memperlihatkan keangkuhan sebagai seorang pemenang, sedangkan orang Bali belum bisa menerima pemerintahan Majapahit yang bukan merupakan keturunan raja - raja Daha, dengan demikian keadaan semakin menjadi kacau. Melihat keadaan Bali semakin rumit, maka Patih Ulung, Pamacekan clan Ki Pasekan, Kiyayi Padang Subadra memberanikan diri menghadap ke Majapahit dan mohon diadakan wakil raja yang mampu meredakan ketegangan yang ada di tanah Bali Terpikirlah oleh Maha Patih Gajah Mada untuk mencari tokoh yang masih ada hubungannya dengan raja raja Daha, tetapi tidak diragukan kesetiaannya terhadap Majapahit. Setelah dirundingkan maka terpilihlah putra dari Mpu Kepakisan yang bcrnama Empu Kresna Kepakisan seorang keluarga Brahmana yang masih ada hubungan darah dengan Daha (Kediri), sehingga dengan pengangkatan ini maka statvis ke Brahmanaannya diturunkan menjadi Ksatrya.
Kedatangan Dalem Ketut Kresna Kepakisan menjadi raja di Bali ( Bcliau dinobatkan pada tahun ” Yoga Munikang netra den ing Bhaskara ( 1274 Caka) maka beliau tidak memilih tempat di Bedahulu. Akan tetapi beliau menempatkan diri di Samprangan, dengan maksud untuk menjauhkan diri dari ketegangan - ketegangan dalam ibu kota, akan tetapi cukup dekat untuk mengadakan pengawasan, sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan obyektif. Ketertiban Bali ternyata belum bisa ditertibkan, banyak orang Bali Aga masih belum mau menyatakan setia kepada penguasa Samprangan, walaupun sudah dipenuhi tuntutan - tuntutan mereka seperti yang pernah disampaikan oleh Patih Ulung. Untuk melemahkan pemberontakan Bali Aga tersebut maka Gajah Mada mengirim beberapa pasukannya ke Bali ; seperti : Tan Kober, Tan Kawur, Tan Mundur, dan Arya Gajah Para, sehigga terjepitlah daerah Bali Aga, dan tidak dapat berbuat banyak.
Sekarang kembali ke Seraya, setelah kepimpinan di Bali saat itu adalah Trah Dalem di Gelgel, maka tokoh Agama, seni dan budaya dari Majapahit datang ke Bali dan menetap sekaligus mengganti pucuk pimpinan di Seraya adalah Arya Kanuruhan yg sering disebut dg Soroh 40 serta mengembangkan seni budaya yg sampai sekarang masih dilestarikan. Arya Kanuruhan masih merupakan keturunan dari Prabu Airlangga di Kadiri yg menganut Ajaran Sri Visnu. Kemudian wilayah Bali bagian paling timur ini di isi juga oleh orang-orang yang berasal dari Pasek Gelgel, penerus Arya Kanuruhan yaitu Arya Tangkas Kori Agung, dan keturunan dari De Gurun Pasek Gelgel ( Ki Dukuh ) dan warga Pande dll.  Desa Seraya dibangun oleh orang-orang yg berasal dari keturunan Majapahit yg dipimpin oleh Trah Arya Kanuruhan. Karena istilah Kayangan tiga baru dikenal ketika masa pemerintahan Dalem Gelgel di Bali, tepatnya ketika kedatangan Dhanghyang Nirarta ke Bali. Masyarakat Seraya yg dipimpin oleh soroh 40 merupakan golongan yg anti Belanda. Kemudian pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1921 ketika seraya bukan lagi menjadi salah satu punggawa yg dibawahi oleh Anak agung Anglungrah Ketut Karangasem, kekuasaan soroh 40 sebagai Bendesa Seraya dilengserkan secara paksa yg digantikan oleh beberapa pendatang dari Desa Mas Ubud serta beberapa dari Desa Juuk manis. 
Okay guys sekian yang dapat saya sampaikan mengenai Sejarah Desa Seraya, Karangasem, Bali tepatnya Desa kelahiran saya yang tercinta. Hehehe. Saya mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan dihati pembaca atau jika ada salah dalam penulisan sejarah, nama maupun tempat. Terimakasih karena telah meluangkan waktunya untuk membaca artikel yang saya buat ini. Semoga bermanfaat dan nantikan tulisan saya berikutnya. See you ......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Masalah Perpustakaan : Gedung Perpustakaan

LATAR BELAKANG Perpustakaan Umum atau dalam bahasa inggris adalah public library merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh...